Rabu, 26 September 2012

kata kata bijak cinta

kata kata bijak cinta  bukan sebuah Kata Kata Bijak biasa karena Kata Kata Bijak ini sangat bagus dari om mario teguh silakan baca aja deh

Marilah kita di pagi yang indah ini, menaikkan doa bersama yang lebih straight to the point:

Jika Anda ingin Tuhan menuntun kehidupan Anda dengan rezeki yang baik untuk menuju masa dewasa dan masa tua yang kaya dan mapan, katakanlah ‘Aamiin’

Jika Anda berharap Tuhan selalu memelihara diri dan keluarga Anda dalam kesehatan dan kese
lamatan, katakanlah ‘Aamiin’

Jika Anda merindukan kehidupan keluarga yang ceria, sejahtera dan penuh kebahagiaan, katakanlah ‘Aamiin’

Dan jika Anda yang masih sendiri berharap agar Tuhan menyegerakan pertemuan Anda dengan belahan jiwa Anda, dan menyatukan Anda berdua dalam pernikahan yang penuh cinta, kemapanan dan kesetiaan, katakanlah ‘Aamiin’


Berfokuslah pada satu keinginan yang pencapaiannya memungkinkan
pencapaian dari banyak keinginan.

Segala sesuatu dimulai dari keinginan.

Keinginan bukanlah sumber derita.

Keinginan besar tapi tanpa tindakan adalah pemasti penderitaan.


Tuhanku, kecintaan hatiku
Lihatlah aku

Malam ini aku datang dengan keceriaan anak ...
yang amat manja dan memohon kepada-Mu

Esok pagi,

Jadikanlah pertemuanku dengan sesamaku
sebagai penumpah rezeki besar dari-Mu

Jernihkanlah pikiranku dan beningkanlah hatiku agar cemerlang sumbangsihku bagi sesamaku

Esok pagi,

Bangunkanlah aku sebagai pribadi yang damai, yang Kau kasihi dan yang Kau indahkan rezekiku
More aboutkata kata bijak cinta
Jumat, 06 Juli 2012

Kata Indah Cerpen Sedih

Kata Indah Cerpen Sedih merupakan sebuah Kata Indah Cingta kepaada sesorang karena cinta adalah anugrah wakwkak ntah io ntah ndak apo nak jadi jadilah Kata Kata Cinta juga adalah sebuah Kata Kata Indah  indah abget pokoknya hehehe
ne diae


Berpikir adalah pekerjaan berat, karena itulah sedikit sekali orang yang betah melakukannya. Apabila dua orang selalu sepakat dalam segala hal, itu berarti cuma satu orang yang berpikir.

Jika ia yg terbaik untukmu, ia tak akan menyakitimu. Tak perlu meratapi orang yg sudah melukaimu, biarkan ia pergi.

Trkdg seseorg hrs melukaimu cukup dlm utk membuatmu menyadari betapa indahnya hidupmu tanpa dia di dalamnya.

Apapun akan lebih mudah disampaikan, jika disertai dengan senyuman, dibanding dengan ucapan kasar.

Dalam hidup, tak ada seorangpun yg mampu buatmu tersenyum tanpa alasan, kecuali dia yg selalu kamu pikirkan.

Entah kamu berpikir hidupmu baik atau buruk, itu akan benar terjadi, karena pikiranmu akan membawamu ke sana.

Hal yg sulit tuk memaksa dirimu melupakan hal yg pernah membuatmu bahagia, hanya karena ia telah berakhir.

Adalah sikap yg kurang terpuji, ketika kita tertawa sementara sahabat kita ada yg tengah bersedih.

Ketika yang dimiliki telah lepas dari genggaman, disaat itulah kau akan merasa sangat kehilangan. Untuk itu, jaga yg kau miliki!

Setiap orang bisa berbahagia kapan saja, dimana saja. Karena kebahagiaan adalah kesederhanaan hati, tak bergantung pada apapun.

Cinta tidak egois, tak juga memaksa. Ketika kebahagiaan orang yang kamu cintai lebih penting daripada kebahagiaanmu. Itu CINTA.

MAAF tidak bisa menghapus luka yang telah kau torehkan dihati seseorang. Namun buktikanlah ketulusanmu.

Semua yang kita dengar adalah pendapat, bukanlah fakta. Dan apa yang kita lihat hanyalah cara pandang kita, bukan kebenaran.

Sebesar apapun ruang yang diberikan Tuhan pada kita, akan terasa sempit jika tanpa perjuangan dan doa.
More aboutKata Indah Cerpen Sedih
Selasa, 31 Januari 2012

Cerpen Cinta : SENYUM RABIAH

Cerpen Cinta  : SENYUM RABIAH merupakan sebuah cerpen cinta yang sangat sesiatu , moga Kalian suka dech dengan cerpen Cinta Ini


Cerpen : SENYUM RABIAH

Dan aku rela meninggalkan pacarku…
Demi ‘tuk dapatkan kau kekasihku…
Lagu Naif mengalun dari dalam rumah, begitu aku memasukinya. Siapa lagi kalau bukan tapenya Awik. Setiap waktu, setiap jam, menit, maupun detik tidak berhenti yang namanya top hits Indonesia dan Barat, kecuali dia sedang tidur dan mandi. Hal itu membuatku mencuri-curi waktu untuk dapat mengubah lagu-lagu itu dengan lantunan Al-Qur’an.
Aku lebih senang dengan hal-hal yang berkenaan dengan agama. Sejak kecil aku dididik di lingkungan islami, sempat mondok 3 tahun, dan hingga detik ini, aku seorang mahasiswi semester 5 di salah satu universitas Islam di Malang. Sedangkan Awik, meskipun memiliki basic madrasah tetapi pergaulannya lebh bebas daripada aku. Meskipun kami berbeda, dia tetap mengerti dan menyayangiku, contohnya pas ultahku ia memberikan kado buku-buku islami ketimbang chicken soup yang disukai remaja umumnya. Dan begitu juga aku sangat mencintai orang yang hanya dua tahun dibawahku itu.

***
Kuintip kamar Awik dari pintu yang sedikit terbuka. Ia berbaring, nampaknya bĂȘte sekali. Kuhampiri adik semata wayangku itu.
“Ada apa, Wik? Kok kayaknya bosan gitu?” ucapku mengawali percakapan.
“Masak baru jadi mahasiswa sudah putus cinta” godaku, tapi ia tetap saja acuh sambil tetap membolak-balik majalah “Hello”. Biasanya kalau ia cemberut, penyebabnya ada dua, putus cinta atau sedang ditaksir cowok. Ku duduk mendekatinya dan membelai rambtnya yang panjang, hal yang biasa kulakukan, jika ia sudah tidak mau ngomong. Ternyata jurusku mempan juga, Awik langsung buka mulut.
“Mbak, kenapa namaku Rabiah, sih? Itu ‘kan namanya seorang budak, katanya teman-teman nama itu kuno, nggak cocok dengan aku yang funky, gaul, dan cool begini, mestinya seperti Vonny, Imelda dan Sevia namanya keren sama seperti orangnya.”Awik menceritakan asal-muasal sikap cemberutnya. Tidak kusangka masalah sesepele ini, padahal sebelum masuk kampus no problem about her name. Lalu kugenggam tangannya seraya menatapnya dengan tersenyum, “Adikku yang manis, Rabiah memang nama seorang budak, tetapi dia adalah budak yang memiliki keimanan yang kuat dan rasa cinta kepada Allah. Ia rela disiksa apapun demi untuk beribadah kepada Allah. Mestinya kamu bangga dengan nama Rabiah al Adawiyah. Bapak dan ibu memberikan nama itu dengan harapan kamu dapat memiliki keimanan yang kuat sepertinya,” gayaku bicara seperti da’i berkobar-kobar, maklum kemarin habis nonton VCD Rabiah al Adawiyah.
“Tapi mengapa sampai sekarang aku tidakmemiliki keimanan seperti dia, justru sebaliknya aku suka hura-hura, pacaran, pokoknya nggak cocok, mbak! Aku ingin ganti nama, misalnya Madeta Syachputri, itu rancangan nama baruku, bagus nggak, mbak?” Awik mulai dengan rencana “nyeleneh”nya, mana bisa ganti nama sudah sebesar ini, batinku.
“Sudah deh, nggak usah ganti-ganti nama, kalau sekarang kamu belum punya keimanan seperti Rabiah, mungkin besok, bulan depan atau tahun-tahun mendatang, pokoknya sekarang pede aja lagi, masak Awik nggak pede,”aku berusaha memberinya motivasi.
“Enak memang ngomong disuruh pede, jelas saja mbak ‘kan namanya Fatimatuz Zuhroh sesuai dengan mbak, pinter, alim , kalem, nggak neko-nekokayak aku,” ucap Awik membuatku ge-er dan tersipu-sipu.
“Sudah ah, berdo’a sajalah semoga kamu cepat beriman seperti Rabiah, besok ‘kan sudah Romadlon, nanti malam tarawih ya di masjid?” aku pergi meninggalkan adik funky-ku itu setelah mengucek rambutnya. Masih terdengar ucapan malasnya, “Nggak ah, nanti malam sinetronnya bagus.”
***
Angin katakan padanya..aaa.. bahwa aku cinta dia..aa
Angin katakan padanya..aaa..bahwa aku suka dia..aa
Lantunan sura Awik menirukan lagunya Dewa langsung bergema selepas salam, lalu berlenggak-lenggok mengelilingi aku yang sedang tilawah di ruang tamu. Segera kututup Al-Qur’an karena kutahu bahwa Awik sedang gembira dan akan menyampaikan sesuatu.
“Ada apa adikku?kok gembira sekali habis tadarrus atau berhasil sholat fardlu tepat waktu?” tanyaku memancing.
“Mbak, ataunya kok nggak ada yang negative misalnya habis nge-date atau habis godain kakak tingkat?”
“Kamu lupa, ini ‘kan bulan puasa, mbak yakin kamu nggak akan melakukan hal-hal yang nggak-nggak dan lagi kita ‘kan harus berhusnudzon.”
“Oke deh, terima kasih atas pengertiannya, tapi bukan habis tadarrus, tapi…mbak, hu… seru!” Awik tampaknya habis kena hujan bunga atau bom sangat meluap-luap ceritanya, pasti sesuatu yang amazing.
“Coba mbak, Deny si ketua BEM yang cakep and tajir itu, yang aku taksir itu, tadi, sepulang kuliah nyatain cinta ke aku, gimana nggak seneng apalagi dengan memberikan setangkai mawar. Nggak sembarang cewek lho, mbak, dapat keistimewaan seperti itu.”
Aku hanya tersenyum mendengar penjelasan adikku itu. “Tapi kamu tetap puasa ‘kan?” tanyaku padanya setelah ia mengakhiri ceritanya.
“Tentu, dong! Rabiah harus puasa untuk mendapatkan keimanan seperti Rabiah al-Adawiyah, seperti pesan mbak. Tapi, apakah jatuh cinta itu membatalkan puasa, mbak?”
“Tidak batal sih puasanya, tapi…”
“Tuh, ‘kan tidak batal. Berarti meskipun puasa aku boleh jatuh cinta dengan Deny,” potong Awik
“Tapi, Wik dnegarkan dulu, belum selesai penjelasannya!” aku agak ngotot.
“Tidak ada tapi-tapian mbakku sayang!” Awik berusaha meninggalkanku dengan tertawa, tapi langsung kukejar dan kugelitiki tubuhnya.
“Ima! Awik! Ayo berbuka dulu, kalian tidak mendengar adzan Maghrib?” suara bapak membuat kami berhenti, ibu yang membawa nampan berisi es dan kue tersenyum melihat ulah kami berdua.
***
Siang hari di Malang begitu panas, sehingga membuatku berpeluh, tapi meski begitu, aku senang karena baru membeli kaset nasyid yang aku gemari. Namun, ada kekhawatiran kalau-kalau si Awik tidak mau meminjamkan tapenya. Sesampai di rumah, perasaan khawatirku semakin menjadi karena yang di setel pas “Soledad-nya Westlife”, favorit songnya Awik. Tapi aku akan tetap merayunya.
“Wik! Kamu nggak kul hari ini?”
“Ngomong aja kalau butuh bantuan, nggak perlu basa-basi, mbak, bulan puasa lho!”
“Hmm..aku pinjam tapenya, boleh ‘kan?”
“Sebetulnya, aku nggak mau, tapi berhubung bulan puasa, boleh deh, tapi…”
“Tapi apa?” tanyaku
“Ada bonusnya, lah yaw!”
“Beres! Aku bawa vcd-nya Rabiah al-Adawiyah yang ingin kamu tonton” lalu kukeluarkan vcd yang memnag kupersiapkan untuk merayunya.
“Asyik!! Langsung aku tontotn deh! Silakan nikmati tapenya!”
Tidak kusangka Awik seriang itu, dia langsung kabur membawa vcd dari tanganku.
***
Sayup-sayup terdengar bunyi percakapan di tv, aku melirik jam 22.30. ternyata aku tertidur setelah tarawih tadi. Siapa yang masih nonton tv malam begini? Kalau di luar romadlon pasti Awik yang nonton tv hingga larut, tapi kalau romadlon biasanya ia langsung tidur selepas tarawih agar bisa bangun untuk sahur.
Pelan-pelan kuputuskan mengintip dari daun pintu. Ya, Allah ternyata Awik sedang terpaku menonton vcd Rabiah al-Adawiyah, padahal setahuku tadi siang ia sudah menamatkannya. Aku menutup pintu beranjak tidur kembali. Biarlkah Awik merenungi cerita itu, semoga saja ia segera mendapatkan keimanan yang dicita-citakannya.
“Lho, Wik! Kamu mau kemana pagi-pagi begini? Kok beres-beres baju, kalau putus cinta dengan Deny, ya… nggak usah pakai acara minggat-minggat segala,” godaku saat kutemui ia sedang meletakkan baju-baju seret dan jeansnya ke koper besar.
“Baju-baju ini akan kuberikan pada teman-teman kalau nggakmau pokoknya aku berikan pada yang mau. Aku sekarang akan memakai baju muslimah dan berjilbab seperti mbak, bukan jilbab yang transparan dan pendek seperti ini. Sementara ini boleh ‘kan pinjam bajunya mbak untuk kuliah, sekarang akan kutunjukkan bahwa aku percaya diri dengan nama Rabiah al-Adawiyah. Oh iya, mbak aku nanti juga dipinjami buku-buku isla ya? Aku ingin berubah karena romadlon ini adalah romadlon terakhir bagiku untuk membersihkan diri.”
Aku hanya terpaku mendengar perkataan adikku yang bersemangat itu, tiada kusangka begitu cepatnya suatu hidayah merubah seseorang.
Sejak saat itu Awik memang benar-benar berubah. Pakaiannya lebih longgar dan berjilbab menutup dada, kemana-mana yang dibawa buku-buku islam dan hobinya berwalkman, kini, diisi dengan murottal, sholawat atau nasyid. Hari-hari romadlonnya diisi dengan membaca Qur’an dan sholat lail.
Cinta pada Allah, cinta yang hakiki
Cinta pada Allah, cinta yang sejati
Bersihkan diri, gapailah cinta, cinta Ilahi
Alunan the Fikr keluar dari tapenya Awik. Kuhampiri ia sedang menekuri buku-buku islami milikku.
“Eh, mbak, duduk sini, aku mau cerita.” Aku langsung mengambil posisi di dekatnya.
“Mbak, tadi malam waktu I’tikaf, aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi bertemu nabi Muhammad wajahnya cakep, putih dan bercahaya, beliau membawaku ke tempat yang indah, semuanya berwarna hijau. Apakah yang kulihat benar beliau, mbak?”
Aku takjub mendengar cerita adikku, jarang sekali orang yang bermimpi bertemu Nabi.
“InsyaAllah benar, Wik, setahuku tidak ada yang dapat menyerupai wajah Nabi Muhammad sekalipun itu setan. Kamu beruntung sekali bisa bertemu beliau karena tidak banyak orang yang dapat bermimpi seperti itu.” Kupandangi wajah adikku yang tampak berbinar.
“Oh iya, mbak, sekarang, setelah membaca banyak tentang islam, aku sadar bahwa cinta terbesar itu hanya untuk Allah semata, karena Allah lah tempat bergantung, yang selalu mendengar kita dan selalu memberikan kasih sayang yang tidak terhingga, tidak seperti… ah nggak jadi deh,” Awik tidak meneruskan kata-katanya.
“Tidak seperti siapa? Si Deny maksudmu?”
“Ah, Mbak, nggak boleh begitu kita harus berhusnudzon, makanya aku tidak melanjutkan kata-kataku tadi.”
“Tapi… tapi maksudnya dia ‘kan?” aku menggodanya lagi.
“Ah, Mbak!” Awik agak tersipu dan kami pun tertawa sambil berpelukan.
***
“Ima, ada telepon dari ibumu,” ucap salah seorang temanku. Ada apa sih? Tidak biasanya Ibu menelepon ketika aku sedang rapat di sekretariat LAGZIS, batinku. Segera kuangkat gagang telepon yang masih menelungkup.
“Assalamu’alaikum, ada apa , bu?” rasanya aku tidak percaya dengan perkataan ibu di seberang sana, dan tiba-tiba semua menjadi gelap.
Kubuka mata, ternyata aku telah di rumah entah siapa yang membawaku kesini. Di luar kamar terdengar hiruk-pikuk orang. Pelan-pelan kuberanjak dari tempat tidur. Dari balik pintu kulihat seorang gadis terbujur kaku dengan senyum yang tersungging di bibir Rabiah al Adawiyah. Hari ini 27 romadlon, adikku satu-satunya yang tersayang telah meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Tiada kusangka rangkaian waktu mulai awal hingga saat ia meninggal pada bulan romadlon ini merupakan perjalanannya untuk mendapatkan keimanan yang ia cita-citakan.
Ibu mengatakan bahwa sebelum sholat Dzuhur tadi, Awik bilang mau keramas biar bersih karena mau jalan-jalan. Dan di kala sholat dzuhur, ibu kaget mendengar bunyi benda berat jatuh di kamar sholat. Ternyata, Awik dipanggil Allah saat sedang melaksanakan sholat, dalam posisi setengah bersujud ia menghembuskan nafas terakhirnya.
***
Kumasuki kamar Awik yang masih wangi dengan bunga melati, yang biasa dipetiknya di belakang rumah dan ditabur di tempat tidurnya. Kutemukan agenda hariannya dan pada halaman yang terdapat pita pembatas itu tertulis:
Malam 25 Romadlon
Sembilan belas tahun seudah umurku, entah berapa waktuku yang tersisa untukMu selama masa-masa yang telah Kau berikan. Duhai Allah, kekasihku apakah aku layak mendampingiMu mulai hari ini? Tentu tidak karena aku tidak selalu dan bahkan tidak mau pernah mau berkorban untukMu. Melihat dunia ini yang membuat aku jatuh cinta, melihat, mendengar, merasakan dan akhirnya aku tersakit, terlena dengan ajakannya. Jika esok aku mati pasti kutinggalkan semua ini buku, kasur, selimut dan orang-orang yang kukasihi, tapi apakah aku tetap bisa menemuiMu. Oh, ingin rasanya aku cepat mati tetapi apakah aku bisa bertemu denganMu, aku takut sekali pada hari ini dan selanjutnya, aku takut mencintai lebih dari cintaku padamu. Entah sampai kapan aku begini aku ingin memadu kasih denganMu tapi tidak bisa karena aku jelek, kotor, berlumuran panas api, aku tidak dapat menggapiMu. Ulurkan tanganMu, dekaplah jiwa ini bersama embin esok pagi, ku harap bisa bertemu dengan Engkau kekasih pujaan jiwa raga hidup atau mati, pintu hati tetap terbuka selama Engkau disisiku.

Lalu disamping halaman itu terdapat secarik kertas berisi kata-kata yang kutahu bahwa itu diambilnya dari buku tentang Rabiah al Adawiah yang kuberi padanya. Kertas itu bertuliskan:

Tuhanku, kalau aku mengabdi padaMu karena takut api neraka,
Masukkanlah aku kedalam neraka itu dan besarkanlah tubuhku dalam neraka itu, sehingga tidak ada tempat lagi di neraka itu buat hamba-hambaMu yang lain
Kalau aku menyembahMu karena mengharap mendapatkan surga, berikan surga itu kepada hamba-hambaMu yang lain, sebab bagiku Engkau saja sudah cukup

More aboutCerpen Cinta : SENYUM RABIAH
Sabtu, 21 Januari 2012

Cerpen Cinta Sedih : NAMANYA LESTARI

Cerpen Cinta Sedih : NAMANYA LESTARI ini merupakan postingan pertama kali untuk Cerpen Cinta Sedih Blog , sedikit meriview cerita cinta remaja ini sangat bagus sekali untuk dibaca , karena didalam cerpen Cinta ini sangat dalam arti dalam sebuah cerita ini, kalo udah gak sabar dengan Cerpen Cinta sedih ini yukkk mari bacaaaa.

Puff…dia lagi.Heran sejak kapan ada makhluk seperti itu ya di kampus ini?Hitung-hitung sudah seminggu aku absen gara-gara kakiku terkilir waktu main basket plus seminggu lagi aku absent untuk pulang ke Jakarta. Sepertinya aku belum pernah melihat makhluk itu sebelumnya. Siapa ya?
“Namannya Lestari,bro..anak semester dua.Masa lu ga tau sih?”Alis Sultan terangkat”Emangnya ada pa Roy..tumben lu nanya yang kaya gitu?”
“Ga papa kok,cuma penasaran aja kemaren ngelihat dia lagi lewat”
Oh, jadi bukan anak baru ya.Tentu saja.Goblok,kupukul kepalaku.Memangnya universitas bisa menerima mahasiswa baru kapan saja seperti menerima murid di SMA ya..
Namanya Lestari..Hmm,bagus juga.Apa iya aku tidak pernah melihatnya ya?Kampus ini kan tidak terlalu besar,mahasiswanya pun tidak sebanyak universitas negeri. Tapi heran juga ya,kenapa dia berbeda sekali penampilannya dengan mahasiswi lain.
Gayanya ituloh..Judes habis.Kalau dilihatin mukanya langsung cemberut,Mukanya langsung nunduk ke tanah.Jalannya pun jadi buru2,untung aja tidak jatuh keserimpet sama bajunya yang panjang dan melambai-lambai itu.Yang terlihat cuma ekor jilbab panjangnya yg berkibar ditiup angin.
Brakk,kubanting badanku di tempat tidur.Kamar kost ini rasanya jadi pengap.Sudah berapa lama ya aku tinggal di kamar ini?Kulirik poster besar di dinding kamarku.Bon Jovi,Metallica dan..coretan-coretan dinding yang tidak jelas lagi terbaca olehku.Tiba-tiba aku merasa asing di kamar ini..entah mengapa.
Lestari..Kenapa dia lagi?Aku sendiri heran,kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkannya.Tadi dia disana,diujung jalan itu.Lengkap dengan baju besar dan jilbab panjangnya yg mirip ekor kuda jika melambai di tiup angin.Cerah sekali dia dengan baju pinknya itu.Segar.Apalagi saat melihatnya tersenyum dan tertawa bersama teman2nya..Merdu sekali.Rasanya baru sekali ini aku mendengar tawa yg begitu indah.
Lho,ada apa denganku?aku terbangun.tertegun.Seakan tidak percaya dengan apa yg kupikirkan tadi.Ada apa ini?Perasaan apa ini?Mungkinkah..ahhh,kutepis pikiran itu jauh-jauh.Masa sih aku telah jatuh cin….
What?jatuh cinta sama cewek kaya gitu.No way!! Bisa kiamat kalau begitu.Siapa sih yg tidak kenal aku,cowok tertampan di kampus ini.Penuh dengan daya tarik plus kepintaran.Penjaga kantin sama office boy di kantor dekan saja pasti kenal sama aku.Cewek mana sih yg tidak suka aku deketin?Baru aku beri senyuman saja biasanya sudah jingkrak-jingkrakan.SMS,telpon,surat cinta adalah hal yg biasa untukku.Kalau aku bosan,aku bisa saja mengajak mereka berganti-ganti untuk kencan,nonton di bioskop,makan malam romantis yg pasti ujung-ujungnya aku bisa saja berbuat semauku pada mereka.
Tapi kenapa dengan yang satu ini?Kok dia beda banget ya sama cewek-cewek yang aku kenal.Di kampus yg terkenal bagus dan mahal ini,semua pasti ingin terlihat keren.dari mulai rok mini,tanktop sampai baju yang kehabisan bahan alias cuma kain nempel seperti mbok2 dipake di kampus ini.Tapi dia?Sudah panjang bajunya(lebih tepat seperti daster mbok minah di rumah),panjang pula jilbabnya.Apa sih yg ditutupin?Apa dia punya penyakit ya..kudisan barangkali?Atau barangkali kepalanya botak ya?
“Dia emang beda Roy,”mimik Sultan terlihat serius.”Lestari itu ga sama dengan cewek yang kita kenal,yang sukanya dandan,hura2 ama ngedugem bro..”
“Lantas,dia seperti apa dong?”Kuhisap dalam rokokku.”Dia itu sukanya ngetem di perpus.Tempat favoritnya ya,mushola di kampus kita. Kalau lu ga percaya,datang saja kesana tiap kamis sama minggu.Dia datang terus tuh.Kalau ga salah ada pengajian apa demo masak gitu di mushola..tau deh,gue juga ga ngerti.Ini juga gue tanya-tanya sama arif temen kostan ku,dia kan juga sering ke mushola..”
Mushola?ga salah tuh.Kesana?boro-boro ke mushola,seumur hidup aku nginjak ke masjid itu juga buat menghadiri akad nikah kakakku.”Ga salah lu? Trus kalo gue kesana,pake bawa undangan ga?Atau pakaian khusus gitu?”
“Gue juga ga tahu tuh,datang saja deh.Liahtin saja dulu,kaya apa sih mushola itu..?”
Akhirnya aku disini.Ternyata mushola ini kecil sekali.Ruangannya bersih.Wangi.Beda banget sama tempat biasa aku ngumpul bareng teman-temanku,penuh dengan asap Rokok dan sampah dimana-mana.Dipojok kanan pintu ada rak buku. Ku ambil buku yg ada disitu. Pedoman sholat lengkap.Buku apaan ini? Rasanya aku tidak punya koleksi buku seperti ini. Kubuka lembar demi lembar. Oh,panduan sholat.Ada gambarnya,eh bagus juga.Jadi ingat,kapan ya terakhir aku melakukan seperti yg ada di gambar ini?
a“Assalamualaikum..sendiri aja bang?”Ups,buku yang kupegang hampir terjatuh.”Eh salamm…kum eh …iya nih,sendiri?”
“Kok masih sepi saja ya,belum pada datang ya..yuk,kita siap-siap.Sebentar lagi ustadznya mau datang”
“Oh,iya..”Gagap kuikuti langkahnya.Siapa ya? Kok aku ga kenal? Kulirik sepintas penampilannya. Jadul banget..jaman dulu gayanya.Baju putih panjang dan celananya itu..seperti abis kebanjiran di lipat keatas. Belum lagi janggut tipisnya yg nongkrong di dagunya. Tanpa sadar kuraba daguku. Bersih. Habis dicukur tadi pagi. Ganteng begini kok…
Akhirnya aku disini. Di barisan terdepan. Tepat di depanku duduk ustadz muda yg memberikan ceramahnya. Tentang sholat.Cuma itu yang masuk ke otakku. Kutengok ke belakang. Perasaanku ada suara-suara perempuan di belakang sana,tapi kenapa tidak kelihatan ya. Tertutup oleh kain panjang mirip korden di kostanku. Pasti Lestari ada di balik kain itu. Huh,gimana dong caraku melihatnya. Akhirnya, selesai juga. Ustadz muda itu tersenyum dan menyalamiku.”assalamualaikum..nama saya Farid.Ente siapa? Kayaknya baru ketemu hari ini?”
“Eh,iya ustadz. Na….nama saya Roy..eh bukan ustdz,Rachmat ustadz.”Ku jawab dengan terbata-bata. Kok tau sih dia? Bukannya aku ngerasa sudah terkenal di kampus ini? Roy gitu loh..eh salah tapi kok Rachmat ya? Itu kan nama asliku. Nama yg diberi oleh mama papaku sejak lahir. Akhirnya lagi dan lagi…ustadz muda yang bernama Farid itu mengajakku mengobrol panjang. Orangnya sih,muda banget. Sepantaran umurnya sama kakakku. Lulusan dari kampus ini juga. Dua tingkat diatasku. Sekarang mengajar di salah satu fakultas di kampusku. Jadi Dosen fisika. Keren juga. Sudah menikah. Anaknya baru satu. Aku heran,ngobrol dengannya tak berasa waktu dua jam berlalu.Ustadz Farid atau Farid Arifin tepatnya,mohon pamit karena harus mengisi pengajian di tempat lain.Aku pulang dengan perasaan yg lain.Entah mengapa…
Dia lagi,dia lagi. Kali ini dengan daster biru dan jilbab birunya. Manis sekali..rasanya ingin sekali aku menyapanya dan menyent..eh,apaan sih? Kok jadi begini perasaanku sama dia? Kenal juga tidak. Kuhisap rokokku pelan-pelan. Eh,dia melihatku. Sebentar saja lalu menundukkan kepalanya dan berlalu dari hadapanku. Ada apa ya? Biasanya cewek-cewek kalau ngelihat aku pasti langsung nempel kaya prangko. Kok dia lain. Apa ada yang salah sama mukaku? Perasaan tadi sudah mandi dan cukuran kok. Apa dandananku yang super keren ini atau..rokokku? Buru-buru ku buang rokokku itu. Huh,pasti gara-gara itu dia tidak mau melihatku. Like a monster!!
Sepertinya aku malah semakin tertantang nih. Tantangan untuk mendapatkannya. Harus kudapatkan,walaupun dengan cara apapun juga. Siapa sih yang tdak kenal dengan Rachmat eh Roy? Seluruh kampus ini pasti mau jadi pacarku.
Itu dia,ada di depan papan mading ruangan ujung. Sendirian. Kesempatanku kali ini. Harus dapat tidak boleh tidak. Dengan tergesa kudekati dia.”Hei..lagi ngapain? Namakau roy” Kuulurkan tanganku.Dia Cuma melirik sebentar. Tangannya tetap didada mendekap diktat kuliah yang besar.”Sombong banget sih,lu ga tau siapa gue?”Marah juga aku akhirnya”Kalo jadi cewek jangan jaim gitu deh!!” Kutarik tangannya dengan paksa. Brakk,buku berserakan di lantai. ”Astaghfirullah….”Dia menjerit kecil. Aku tidak peduli. Kupegang tangannya erat-erat.”Gue suka sama lu,lu mau kan jadi cewek gue??!!lu mau kan…” Tangannya sampai merah.”Aduh sakit..apaan ini? Lepaskan,atau saya akan teriak..!!”Suaranya tambah kencang dan mukanya marah sekali.”Lepaskan!!!”
Akhirnya kulepaskan juga tangannya,daripada teriakannya di dengar orang di kampus trus aku dikeroyok rame-rame. Dia langsung pergi berlari-lari sambil menangis.Aku tertegun sejenak. Apa yang sudah kulakukan?? Inikah aku??
Kepalaku rasanya berputar. Dengan gontai kuambil diktat yg berserakan di lantai.Ada namanya diatas diktat itu.Lestari fitriani. Kubalik lembaran di dalamnya. Ada alamat tertera disitu,jalan kemuning nomor lima.Ah itukan dekat dari sini. Masih di dalam lingkungan komplek kampus ini. Kalau tidak salah itu perumahan dosen. Mungkin lestari kost di salah satu rumah dosen disana. Aku harus minta maaf.ini tidak boleh terjadi.Aku memang suka padanya tapi bukan begini caranya.
Ini dia. Motorku berhenti tepat dijalan kemuning no 5. Rumahnya kecil tapi asri. Bangunannya asli,belum diangun seperti kebanyakan rumah dosen di sekitar sini. Tok..tok..”Haloo..permisii..”
Lima menit kutunggu.tapi tidak ada yang keluar “Hal..”Suaraku terputus.Dari arah pintu keluar seseorang yang amat kukenal. Baru kukenal tepatnya.”Lho Rachmat? Alhamdulillah,mau berkunjung kerumah saya.mari..silahkan masuk..”Senyum ramahnya tidak mungkin kulupa.”Eh,iya ustadz Farid..trimakasih. Ustadz tinggal disini?’
“iya..lho,memang tau rumah ini darimana?Ya sudahlah,masuk dulu…ada apa nih?”
Aku duduk.terdiam.Bagaimana ya mengatakannya.Apa ustadz Farid yang juga dosen fisika di kampusku ini bapak kostnya Lestari?
”Anu ustadz..em..emm..mau ketemu sama yang kost disini?’
“kost?Disini…siapa ya? Mungkin salah, yang ada anak kostnya dirumah sebelah. Tapi,kira-kira siapa namanya?Mungkin saya kenal?’Tanya ustadz Farid sambil tersenyum.”Les..”Belum selesai kusebutkan namanya,muncul anak laki-laki kecil “Abi..abi..mainnnn..”anak itu langsung memeluk ustadz Farid. ”Eh, Fitrah jangan nakal ya. Abi ada tamu nih.”Oh,anak ustadz Farid rupanya.”Ummi…ini Fitrah dibawa dulu..”Pasti lagi manggil ibunya.
”Oiya,siapa tadi yang dicari de Rachmad?”Ustadz Farid menatapku serius.anaknya masih di pangkuannya. Dari arah pintu dalam keluar sesosok yang menghentikan nafasku. Menelan air ludahku saja rasanya tidak sanggup. Gemetar tanganku, Kepalaku rasanya berputar. Ustadz farid menengok ke arah sosok itu.
”Oh,ini Fitri istri saya…Fitrah sama ummi ya?Lho,ummi ko matanya sembab begitu?Sepertinya habis nangis ya..kenapa mi?”
Mata itu.merah dan sembab. Seperti habis menangis lama. Sedih sekali raut wajahnya. Aku merasa bersalah. Berdosa.”Ada apa mi?oya,ini temen abi,namanya Rachmad…”
Kepalaku tambah berputar rasanya.Aku berharap tidak pernah berada disini….

Cerpen Cinta Sedih : NAMANYA LESTARI bvagaimana nech cerita nya bagus gak? yukkk koment dibawah ini 
More aboutCerpen Cinta Sedih : NAMANYA LESTARI

Daftar Blog Saya